Qurban berarti dekat atau mendekatkan atau disebut juga udhhiyah atau dhahiyyah yang secara harfiah berarti hewan sembelihan seperti unta, sapi (kerbau), dan kambing yang disembelih pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyriq sebagai bentuk taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah.
Qurban merupakan suatu amalan spesial dibulan Dzulhijjah. Bagaimana tidak, hari raya idhul adha merupakan salah satu moment yang dinantikan umat islam setelah hari raya idhul fitri. dimana dengan kita berqurban kita menumbuhkan perasaan saling berbagi. Karena dengan kita berqurban kita dapat memberikan sebagaian rezeki kita untuk saudara-saudara kita yang membutuhkan.
Qurban merupakan ibadah sunnah muakkad yang Rasulullah SAW anjurkan kepada umatnya. Pada hakikatnya, berqurban itu hukumnya wajib bagi yang mampu. Jika belum mampu pun, tidak apa-apa.
Karena sudah selayaknya kita sebagai umat Rosulullah dapat membuktikan dengan semangat dan berpegang teguh dalam menghidupkan sunnahnya. Salah satu dalil Al-Quran tentang kurban tertulis pada Surat Al Hajj ayat 34:
Artinya: “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah),” (QS. Al Hajj: 34)
Allah berikan berbagai keutamaan didalamnya. Berikut berbagai keutamaan yang bisa kita dapatkan dalam berqurban.
Keutamaan berqurban :
Qurban merupakan tanda syukur kita kepada Allah atas limpahan rezeki yang telah diberikan A kepada kita semua. Seperti dalam firman Allah dalam Q. S Al–Kaustar ayat 1-3 :
Artinya :” Allah SWT:Sesungghnya kami memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.(QS.Al-Kautsar ayat 1-3).
Rosuluullah tidak menyukai orang yang dia mampu untuk melaksakan Qurban namun ia malah meninggalkannya. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda: Siapa yang memperoleh kelapangan untuk berkurban, dan dia tidak mau berkurban, maka janganlah hadir di lapangan kami (untuk Shalat Ied).” (HR Ahmad, Daru qutni, Baihaqi dan al Hakim)
Meneladani kisah Nabi Ibrahim a.s yang tetap menjalankan perintah Allah dan harus mengorbankan Nabi Ismail a.s akan tetapi Nabi Ibrahim a.s berhasil lulus dalam menjalani ujian yang diberikan tanpa mengurangi rasa taat dan cintannya kepada Allah SWT sedikitpun, Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Hajj 37 :
Artinya: “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya”. (Al-Hajj: 37)
Berkurban adalah amalan yang paling dicintai Allah pada hari Idul Adha. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Hakim, Ibnu Majah dan Tirmidzi dari Sayidah Aisyah, Nabi Saw. Bersabda;
“Tidaklah pada hari nahr manusia beramal suatu amalan yang lebih dicintai oleh Allah dibanding mengalirkan darah dari hewan kurban. Ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, rambut hewan kurban tersebut. Dan sungguh, darah tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban.
“Tidak ada amalan yang dikerjakan anak Adam ketika hari (raya) kurban yang lebih dicintai oleh Allah Azza Wa Jalla dari mengalirkan darah. Sesungguhnya pada hari kiamat ia akan datang dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya dan bulunya. Sesungguhnya darah tersebut akan sampai kepada Allah Azza Wa Jalla sebelum jatuh ke tanah, maka perbaguslah jiwa kalian dengannya.” (HR. Ibnu Majah).
Berqurban merupakan salah satu bentuk ungkapan rasa syukur kita kepada Allah, dan menjadi sarana memperluas hubungan baik terhadap kerabat, fakir, miskin, tetangga. Sebagaimana diketahui distribusi daging qurban mencakup seluruh kaum muslimin, dari kalangan manapun baik fakir miskin hingga mampu sekalipun.
"Dan unta-unta itu Kami jadikan untukmu bagian dari syiar agama Allah, kamu banyak memperoleh kebaikan padanya. Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu akan menyembelihnya) dalam keadaan berdiri (dan kaki-kaki telah terikat). Kemudian apabila telah rebah (mati), maka makanlah sebagiannya dan berilah makan orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami tundukkan (unta-unta itu) untukmu agar kamu bersyukur." (QS. Al-Hajj 22: Ayat 36)
Sesungguhnya semua yang kita cintai di dunia ini adalah millik Allah. Idhul Adha sejatinya melatih kita agar tulus ikhlas melepaskan rasa kepemilikan dan rasa cinta terhadap dunia ini. Rela berqurban terhadap apa yang kita cintai untuk hal yang jauh lebih tinggi yaitu lillai ta’ala
Seperti kisa Nabi Ibrahim a.s yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih Nabi Ismail a.s, putra yang sangat dicintai dan telah lama dinanti-nantikannya. Namun kecintaanya kepada Allah jauh lebih besar, sehingga Nabi Ibrahim a.s rela mengorbankan putranya untuk melaksanakn perintah Allah.
Dari peristiwa tersebut dapat diambil hikmahnya bahwa perintah pengorbanan Nabi Ismail a.s tersebut, hanyalah suatu ujian bagi Nabi Ibrahim a.s dan Nabi Ismail a.s sampai sejauh mana kecintaaan dan ketaatan mereka kepada Allah Ta’ala. Ternyata keduanya lulus dalam ujian yang sangat berat itu.
Nabi Ibrahim a.s berhasil membuktikan ketaatannya terhadap perintah Allah, dan Nabi Ismail a.s bahwa tidak ada keraguan ataupun bimbang dalam melaksanakan perintah Allah dengan menyerahkan jiwa raganya kepada Allah untuk di qurbankan.
Dari sinilah asal permulaan sunah berkurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap hari raya Idul Adha di seluruh pelosok dunia.
Wallahu A’lam Bishsawab.
Dikutip dari berbagai sumber